BISNIS

Nilai Plus Menitipkan Anak di Daycare

 


Beberapa waktu lalu, Parentalk mengajukan pertanyaan kepada followers kami di Instagram.

“Kamu pilih titipin anak ke orang tua/mertua, asisten rumah tangga, atau daycare alias tempat penitipan anak?” 

Parentalk pun menerima 459 komentar! Jawabannya tentu saja beragam. Nah, kami mau membahas nilai plus dan tantangan tiap pilihan tadi lewat beberapa artikel terkait. Kali ini kita bahas nilai plus menitipkan anak di daycare, ya!

Berawal dari frustrasi orang tua mencari pengasuh yang cocok

Biasanya daycare kerap menjadi pilihan ayah dan ibu bekerja yang sudah ‘menyerah’ dengan drama para pengasuh. Bagi orang tua zaman now, mencari pengasuh itu sama susahnya seperti mencari jodoh.

Baru kerja kurang dari seminggu, si mbak sudah minta pulang.

Di saat menjaga anak, eh dia sibuk main handphone.

Sering banget minta pulang kampung karena berbagai alasan, padahal cuti Ibu terbatas.

Belakangan wajahnya cemberut aja kalau dimintai tolong.

Baru kerja beberapa bulan, si mbak minta naik gaji.

You name it! Masih banyak contoh situasi lainnya yang membuat sebagian Ibu akhirnya mempercayakan daycare untuk mengurus anak selagi bekerja.

Rutinitas harian anak lebih disiplin

Setiap daycare pasti punya jadwal harian mulai dari buka sampai tutup. Misal, daycare biasanya memulai hari dengan circle time dan dilanjutkan dengan kegiatan bermain. Snack time, makan siang, dan tidur siang sudah pasti selalu tepat waktu. Anak-anak pun mau mengikuti karena setiap kegiatan dilakukan bersama-sama.

Hal ini tentunya baik untuk anak karena para pakar berpendapat, anak-anak membutuhkan rutinitas untuk memberikan rasa aman serta membantu mereka mengembangkan disiplin diri.

Guru yang mendampingi merupakan tenaga profesional

Sebelum bertugas, para guru di daycare sudah melalui proses pelatihan dari pihak pengelola. Biasanya mereka telah dibekali wawasan seputar parenting, perawatan anak, dan pendidikan anak usia dini.

Performa kerja mereka juga lebih terukur dan terjamin karena selalu dalam pantauan pengawas yang diutus pengelola juga berlandaskan kontrak dengan orang tua.

Memudahkan anak belajar keterampilan hidup

Di daycare, biasanya anak-anak dilatih untuk makan sendiri dan belajar buang air kecil maupun buar air besar di kamar kecil (toilet training).

Berbekal profesionalitasnya, para guru juga berupaya memberikan teladan yang baik. Misal, lewat sopan santun dengan membiasakan berkata “tolong,” dan “terima kasih.”

@ailarakhma: Karena jauh dengan orang tua dan posisi saya working mom, pernah dulu saya pakai asisten rumah tangga. Tapi seiring tumbuhnya anak makin pintar, saya menemukan ‘macam-macam’ hal dari sikap dan bicaranya. Akhirnya, setelah usia 20 bulan, saya memilih ke daycare.

Merangsang anak berkomunikasi dan bersosialisasi

Segala program di daycare biasanya dilakukan secara kolektif. Mulai dari circle time, permainan untuk mengasah kecerdasan anak, sampai makan bersama. Interaksi dengan anak-anak lain tentu akan merangsang si kecil berkomunikasi dan bergaul lebih intens lagi.

Bahkan, ada juga orang tua yang sengaja menitipkan anaknya yang terlambat bicara di daycare demi mendapatkan manfaat tadi.

@rikamh11: Saya tim daycare. Selain enggak ngerepotin orang tua, anak kita juga menjadi lebih mandiri dan gampang bersosialisasi.

Pembahasan tentang nilai plus menitipkan anak ke daycare bersambung ke artikel berikutnya, ya!

Referensi: “Why Kids Need Routines” pada Aha! Parenting

Posting Komentar

0 Komentar