BISNIS

Geografi wilayah banten

 


Provinsi Banten memiliki luas wilayah sebesar 8.651,20 km² yang tertulis pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten. Pada Tahun 2019, terdapat perbaruan  luasan wilayah administrasi berdasarkan Permendagri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, Provinsi Banten memiliki luas 9.662,92 km².

Provinsi Banten tercatat memiliki 2 (dua) Kota yaitu Tangerang dan Cilegon dan 4 (empat) Kabupaten, yaitu Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang. Provinsi Banten kemudian mengalami pemekaran wilayah sehingga terbentuk dua Kota baru, yakni Kota Serang dari Kabupaten Serang (UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten) serta Kota Tangerang Selatan dari Kabupaten Tangerang (UU Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten).

Dari sisi astronomis, wilayah Provinsi Banten berada pada batas 105⁰01'11"- 106⁰07'12" Bujur Timur dan 05⁰07'50" - 07⁰01'01" Lintang Selatan Wilayah Provinsi Banten juga terletak didekat Selat Sunda yang merupakan lintasan perdagangan nasional dan internasional Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sehingga menjadikan posisi wilayah Provinsi Banten menjadi sangat strategis. Selain itu, Provinsi Banten terletak di ujung Barat Pulau Jawa (berbatasan langsung dengan wilayah Ibu Kota Negara, DKI Jakarta) sehingga menambah posisi geostrategis Provinsi Banten sebagai pintu gerbang jalur perdagangan Pulau Jawa dan Sumatera hingga bagian penting dari sirkulasi perdagangan Asia dan Internasional. Provinsi Banten juga berpotensi sebagai lokasi aglomerasi perekonomian dan permukiman yang potensial dengan sumber daya laut yang kaya. Adapun wilayah Provinsi Banten memiliki empat perbatasan yaitu:

 

● Sebelah Utara dengan Laut Jawa;

● Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia;

● Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;

● Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

 

Dari sisi topografi, secara umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar antara 0 - 200 mdpl (meter di atas permukaan laut), dengan rincian letak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Dilain sisi, sebagian kecil Kabupaten Pandeglang dan daerah Lebak Tengah memiliki ketinggian berkisar 201-2.000 mdpl serta daerah Lebak Timur memiliki ketinggian 501-2.000 mdpl yang ditunjang oleh adanya Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.

Morfologi atau bentuk raut permukaan wilayah memiliki keterkaitan dengan kondisi topografi wilayah itu sendiri. Secara umum, morfologi wilayah Provinsi Banten dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama ialah morfologi Dataran Rendah yang pada umumnya dapat ditemukan di daerah bagian utara dan sebagian selatan. Wilayah dataran dapat didefinisikan sebagai wilayah dengan ketinggian kurang dari 50 mdpl (di atas permukaan laut) sampai wilayah pantai yang memiliki ketinggian 0-1 mdpl.

Selanjutnya kelompok kedua ialah morfologi Perbukitan Bergelombang Rendah - Sedang yang sebagian besar dapat ditemukan di daerah bagian tengah. Wilayah perbukitan dapat didefinisikan sebagai wilayah dengan ketinggian minimum 50 mdpl. Di Provinsi Banten bagian utara, tepatnya di Kota Cilegon, dapat ditemukan wilayah puncak Gunung Gede dengan ketingian maksimum 553 mdpl, sedangkan pada wilayah di Kabupaten Serang daerah perbukitan dapat ditemukan di wilayah selatan Kecamatan Mancak dan Waringin Kurung. Wilayah perbukitan juga dapat ditemukan di Kabupaten Pandeglang serta Kabupaten Lebak lebih tepatnya di wilayah timur berbatasan dengan Bogor dan Sukabumi. Wilayah ini memiliki karakteristik litologi yang berbentuk satuan sedimen tua dan terintrusi oleh batuan beku dalam seperti batuan beku diorite, granit, granodiorit, dan andesit. Pada daerah di sekitar terobosan batuan baku tersebut kerap terjadi sebuah proses remineralisasi yang miliki nilai ekonomis yang tinggi seperti cebakan bijih timah dan tembaga. Kelompok terakhir merupakan morfologi Perbukitan Terjal yang dapat ditemukan di Kabupaten Lebak, sebagian kecil Kabupaten Pandeglang bagian selatan dan Kabupaten Serang.

Pada wilayah Provinsi Banten, Kabupaten Lebak merupakan wilayah yang banyak dijumpai Potensi sumber daya air karena sebagian besar wilayahnya meliputi kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Secara lebih rinci, Provinsi Banten memiliki enam pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu:

•DAS Ujung Kulon yang meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang (Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya);

•DAS Cibaliung-Cibareno yang meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;

•DAS Ciujung-Cidurian yang meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Pandeglang;

•DAS Rawadano yang meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang;

•DAS Teluklada yang meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang; dan

•DAS Cisadane-Ciliwung yang meliputi  bagian    Timur    wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.

Untuk tata air permukaan, wilayah Provinsi Banten sangat bergantung pada sumber daya air khususnya sumber daya air bawah tanah. Sampai saat ini, terdapat 5 satuan Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) yang telah di identifikasi, dengan sifat lintas Kabupaten/Kota, yakni CABT Labuan, CABT Rawadano dan CABT Malingping dan lintas Provinsi meliputi CABT Serang – Tangerang dan CABT Jakarta. Potensi dari masing-masing satuan cekungan air bawah tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

a.Satuan Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Labuan

CABT Labuan Sebagian besar (± 93%) mencakup wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak (± 7%) dengan luas sebesar ± 797 km². Adapun cekungan air bawah tanah memiliki perbatasan yakni dibagian barat adalah selat Sunda, bagian utara dan timur adalah batas pemisah air tanah dan di bagian selatan adalah batas tanpa aliran karena adanya perbedaan sifat fisik batuan. Jumlah imbuhan air bawah tanah bebas (air bawah tanah pada lapisan akuifer tak tertekan/akuifer dangkal) yang berasal dari air hujan terhitung sebesar ± 515 juta m3/tahun. Adapun pada tipe air bawah tanah yang terletak pada akuifer tertekan/akuifer dalam, terbentuk di daerah imbuhannya yang terletak mulai elevasi di atas 75 mdpl hingga daerah puncak Gunung Condong, Gunung Pulosari dan Gunung Karang;

b.Satuan Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Rawadano

CABT Rawadano meliputi wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang, dengan total luas cekungan lebih kurang 375 km². Adapun cekungan satuan air bawah tanah ini memiliki batas satuan dibagian utara, timur dan selatan yang berupa batas pemisah air bawah tanah yang berimpit dengan batas air permukaan yang melewati Gunung Pasir Pematang Cibatu (420 m), Gunung Ipis (550 m), Gunung Serengean (700 m), Gunung Pule (259 m), Gunung Kupak (350 m),  Gunung  Karang  (1.778  m), Gunung Aseupan (1.174 m) dan  Gunung  Malang  (605  m). Sedangkan perbatasan di bagian barat ialah Selat Sunda.

Berdasarkan hasil perhitungan imbuhan air bawah tanah, ditemukan bahwa intensitas air hujan yang turun dan membentuk air bawah tanah di wilayah satuan cekungan Rawadano berjumlah ± 180 juta m3/tahun, dimana diantaranya mengalir dari lereng Gunung Karang menuju Cagar Alam Rawadano sekitar ± 79 m3/tahun. Di lain sisi, air bawah tanah yang berupa mata air pada unit akuifer volkanik purna Danau dapat dijumpai di sejumlah 115 lokasi dengan total debit mencapai ± 2.185 m3/tahun. Sementara itu, pada unit akuifer volkanik Danau pada 89 lokasi, tercatat mencapai debit 367 m3/tahun. Secara keseluruhan, total debit dari mata air ialah sebesar ± 2.552 m3/tahun;

c.Satuan Sub Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Serang – Cilegon

Satuan sub cekungan ini merupakan bagian dari CABT  Serang- Tangerang dimana dari sisi administratif termasuk dalam wilayah Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang, dengan cakupan luas wilayah berkisar 1.200 km². Cekungan ini memiliki batas-batas satuan yakni di bagian utara ialah laut Jawa, bagian timur ialah K.Ciujung, bagian barat ialah Selat Sunda, sedangkan bagian selatan merupakan batas tanpa aliran.

Berdasarkan hasil perhitungan neraca air, ditemukan bahwa jumlah imbuhan air bawah tanah di wilayah satuan cekungan ini sebesar ± 518 juta m3/tahun, sedangkan jumlah aliran air bawah tanah pada tipe lapisan akuifer tertekan sekitar ± 13 m3/tahun, dimana aliran ini berasal dari daerah imbuhan yang terletak di sebelah utara dan barat daya dengan elevasi mulai sekitar 50 mdpl;

d.Satuan Sub Cekungan  Air Bawah  Tanah  (CABT)  Tangerang

Secara administratif, satuan sub cekungan ini mencakup wilayah Kota      Tangerang,         Kabupaten Tangerang,                Kabupaten          Serang, Kabupaten Lebak dan sebagian Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat), dengan total luas wilayah berkisar 1.850 km². Adapun sub cekungan ini memiliki perbatasam yakni di sebelah Utara adalah Laut Jawa, bagian timur adalah Kali Cisadane, bagian barat adalah

Kali Ciujung, serta bagian Selatan yang merupakan kontak dengan lapisan nir akuifer. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa jumlah imbuhan air bawah tanah di seluruh sub CABT Tangerang berkisar ± 311 juta m3/tahun, sedangkan jumlah aliran air bawah tanah tertekan terhitung berkisar ± 0,9 juta m3/tahun.

Dari sisi iklim, wilayah Provinsi Banten sangat dipengaruhi oleh Gelombang  La  Nina  atau  El  Nino  serta  Angin  Monson  (Monson Trade). Pada saat musim penghujan, (November - Maret) cuaca di Provinsi Banten umumnya didominasi oleh angin Barat (berhembus dari Sumatera, Samudra Hindia sebelah selatan India) yang juga bergabung dengan angin dari Asia yakni melewati Laut Cina Selatan. Sedangkan pada Bulan Agustus, umumnya cuaca didominasi oleh angin Timur yang menyebabkan kekeringan yang keras (terlebih lagi apabila sedang berlangsung El Nino) di Provinsi Banten terutama di wilayah bagian pantai utara. Adapun temperatur di daerah pantai dan perbukitan memiliki kisaran antara 22º C-32º C, sedangkan suhu di daerah pegunungan dengan ketinggian antara 400-1.350 mdpl mencapai antara 18º C-29º C.

Pada musim penghujan (Bulan September-Mei), Provinsi Banten tercatat memiliki curah hujan tertinggi sebesar 2.712-3.670 mm yang mencakup 50% luas wilayah Kabupaten Pandeglang sebelah barat. Sedangkan pada bulan yang sama tercatat bahwa curah 335-

453 mm mencakup 50% luas wilayah Kabupaten Serang sebelah Utara, seluruh luas wilayah Kota Cilegon, 50% luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah utara dan seluruh luas wilayah Kota Tangerang.

Sedangkan pada musim kemarau (Bulan April-Desember), curah hujan tertinggi tercatat sebesar 615-833 mm mencakup 50% luas wilayah Kabupaten Serang sebelah utara, seluruh luas wilayah Kota Cilegon, 50% luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah utara dan seluruh luas wilayah Kota Tangerang. Adapun curah hujan terendah pada musim kemarau tercatat sebesar 360-486 mm pada Bulan Juni-September dengan luas cakupan sebesar 50% luas wilayah Kabupaten Tangerang sebelah selatan dan 15% luas wilayah Kabupaten Serang sebelah Tenggara.

Untuk kondisi kemiringan lahan di Provinsi Banten dikelompokkan menjadi tiga kondisi yang ekstrim yaitu:

a.Dataran dengan tingkat kemiringan lahan antara 0-15% sebagian besar ditemukan di daerah Utara  Provinsi Banten, dimana lahan ini menjadi sangat potensial untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan. Dataran dengan tingkat kemiringan ini tidak memerlukan banyak perlakuan khusus pada saat proses prakonstruksi lahan yang akan dibangun. Lahan dengan kemiringan ini umumnya tersebar di sepanjang pesisir Utara Laut Jawa, yakni sebagian wilayah Serang, sebagian Kabupaten Tangerang bagian utara serta wilayah selatan yakni di sebagian pesisir Selatan dari Pandeglang hingga Kabupaten Lebak;

b.Perbukitan dengan tingkat kemiringan < 15% dengan tekstrur bergelombang rendah-sedang (landai-sedang) sebagian besar dapat ditemukan di bagian utara yang meliputi Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang, serta bagian utara Kabupaten Pandeglang;

c.Daerah perbukitan terjal (kemiringan < 25%) dapat ditemui di Kabupaten Lebak, sebagian kecil Kabupaten Pandeglang bagian selatan dan Kabupaten Serang;

d.Perbedaan kondisi alamiah tersebut turut memiliki pengaruh terhadap adanya ketimpangan pembangunan yang semakin signifikan, dimana wilayah sebelah utara memiliki peluang berkembang relatif lebih besar dibandingkan dengan wilayah sebelah Selatan.

Untuk sumber daya tanah secara geografis wilayah Provinsi Banten terbagi menjadi dua tipe tanah yakni kelompok tipe tanah sisa atau residu dan kelompok tipe tanah hasil angkutan. Distribusi dari masing- masing tipe tanah ini secara umum dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Masing- masing tipe tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara lain ialah

:

1. Aluvial pantai dan sungai;

2. Latosol;

3. Podsolik merah kuning;

4. Regosol;

5. Andosol;

6. Brown forest;

7. Glei.

Untuk struktur geologi, Provinsi Banten terdiri dari formasi batuan dengan tebal keseluruhan diperkirakan melebihi 3.500 meter dimana tingkat ketebalan dari tiap-tiap formasi berkisar antara 200- 800 meter. Formasi dengan satuan tertua ialah formasi Bojongmanik yang diperkirakan berusia Miosen akhir, dengan batuan yang terdiri dari perselingan antara batu pasir dan lempung pasiran, batu gamping, batu pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit, yang dimana umurnya diduga Pliosen awal. Berikutnya ditemukan Formasi Cipacar yang terdiri dari tuff batu apung berselingan dengan lempung tufaan, konglomerat dan napal glaukonitan, yang dimana umurnya diiperkirakan Pliosen akhir. Di atas formasi ini ialah Formasi Bojong yang terdiri dari napal pasiran, lempung pasiran, batu gamping kokina dan tuff.

Untuk wilayah Provinsi Banten bagian selatan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan dan Alluvium yang diperkirakan berumur mulai Miosen awal hingga Resen. Adapun satuan tertua daerah ini adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen dan terdiri dari tiga anggota yakni Konglomerat, Batu Lempung dan Batu Gamping. Selanjutnya adalah Formasi Cicaruruep, Formasi Cijengkol, Formasi Citarate, Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi Badui, Formasi Cimancuri dan Formasi Cikotok.

Untuk batuan Gunung Api, dapat dikelompokan dalam batuan gunung api tua dan muda yang berumur Plistosen Tua hingga Holosen. Batuan terobosan yang dijumpai bersusunan andesiot hingga basal. Tuf Cikasungka diperkirakan berumur Plistosen, Lava Halimun dan batuan gunung api Kuarter. Pada peta lembar Leuwidamar tersaji singkapan batuan metamorf yang diperkirakan berumur Ologo Miosen dan terdiri dari Sekis, Genes dan Amfibolit yang tersingkap di bagian utara tubuh Granodiorit Cihara. Dorit Kuarsa diperkirakan berumur Miosen tengah hingga akhir, Dasit dan Andesit diperkirakan berumur Miosen akhir serta Basal berumur kuarter. Batuan endapan termuda ialah aluium serta endapan pantai yang dapat berupa Kerikil, pasir, lempung, rombakan batu gamping, koral bercampur pecahan moluska atau kerang kerangan, gosong pantai dan gamping terumbu.

Pada Tahun 2019, terdapat perbaruan luasan wilayah administrasi berdasarkan Permendagri Nomor 72 Tahun 2019 tentang atas Perubahan Kemendagri Permendagri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, Provinsi Banten memiliki luas 9.662,92 km2 dengan wilayah administrasi Provinsi Banten terdiri dari empat wilayah Kabupaten dan empat Kota dengan rincian luas daratan masing-masing Kabupaten/Kota, yaitu: Kabupaten Pandeglang (2.746,89 km²), Kabupaten Lebak (3.426,56 km²), Kabupaten Tangerang (1.011,86 km²), Kabupaten Serang (1.734,28 km²), Kota Tangerang (153,93 km²), Kota Cilegon (175,50 km²), Kota Serang (266,71 km²), serta Kota Tangerang Selatan (147,19 km²).


Sumber : Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Tahun 2023 - 2026

Posting Komentar

0 Komentar